PDIP dan Koalisi Perubahan Gunakan Hak Angket di DPR, Jokowi Tumbang?

Inilahkito.com – Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung mengatakan hitungan kalkulasi, jumlah anggota DPR yang menginginkan hak angket masih lebih besar dari yang tidak menginginkannya.

Hak angket ini merupakan wacana yang digulirkan kubu paslon 01 dan 03 pada pilpres 2024 untuk menyelidiki dugaan kecurangan Pemilu 2024.

“Saya yakin PDIP akan tegak lurus gunakan hak angket namun tidak mungkin sendirian karena berdasarkan jumlah kursi tidak cukup.

Dia harus gandeng parpol koalisi perubahan supaya kekuatan diatas 50% kursi DPR. Demikian juga sebaliknya koalisi perubahan tak bisa tanpa PDIP,” ungkap Rocky Gerung saat diwawancarai wartawan senior Hersubeno di channel Youtubenya @RockyGerungOfficial, Jum’at (23/02/2024) sekira pukul 09.00 WIB.

Channel youtube @RockyGerungOfficial

Menurut dia, dari Anies sendiri inginkan Megawati pimpin usulan hak angket ini, sedangkan Anies sendiri dukungan secara moralnya.

“Kita ingin ada dinamika baru agar hak angket ini bisa berjalan. Namun bukan berarti kita ingin kekacauan.

Ini harapn baru Indonesia menyelesaikan dalam jalur formal, dari pada cekcok dijalan, terjadi perkelahian dan sebagainya.

Lebih baik lewat Angket DPR karena kekuatan ada di Parlemen bukan di jalanan.

Hak angket digulirkan melembaga itu sesuai hak-hak politik, kalau ada demo buruh dan tidak bisa komunikasi dengan DPR maka chaos lagi. Masih lebih baik melalui angket.

Memang ada demo buruh atau masyarakat maka ada transaksi di DPR. Buruh akan lihat real apa tidak, murni hak angket itu untuk perjuangkan hasil pemilu yang bersih atau sekedar tukar tambah,” kata Rocky Gerung.

Dia memprediksi Surya Paloh Ketum Nasdem akan tegak lurus usulkan hak angket, karena setelah pertemuan dengan presiden tidak ada kelanjutan. Justru Golkar kelihatan tidak terlalu keras menolak. Karena memang komposisi Jokowi dengan komposisi Prabowo pada pilpres ini berbeda. Yang penting ini jangan dihubungkan dengan agama atau SARA karena ini politik.

“Dan publik sudah menilai ini memang cawe-cawe Jokowi yang ingin mengendalikan pemilu.

Politik ada wilayah realistis dan idealis, dan Prabowo pada wilayah realistis. Gak mungkin Prabowo mau pilpres dibatalkan oleh angket.

Jadi, kira-kira kemana arah angket kalau kecurangan gak mungkin juga Golkar mau karena kursimya sudah baik pada pemilu ini.

Imbasnya ke Jokowi sebagai sasaraan empuk, seiring kekuasaannya akan berakhir,” urai Rocky Gerung.

Makanya, lanjut Rocky Gerung, Jokowi ingin ketemu Megawati, ke Surya Paloh ke Demokrat bisa jadi agar lebih cair.

Tuntutan civil society makzulkan Jokowi dan diskualifikasi paslon 02. Namun, Golkar dan Gerindra tidak ngotot amat bila ada tukar tambah. Sasaran akhirnya kepada Jokowi untuk dimakzulkan.

Arah politik kembali ke awal, dimana Jokowi cawe-cawe berimbas harga bahan pokok mahal, harga beras tidak terkendali

“Jokowi isukan lagi resufle kabinet untuk membujuk parpol yg bersebrangan agar medukung, sehingga menambah komposisi di pihaknya.

Tapi agak sulit karena waktu yang sudah terbatas. Jokowi akan bujuk Muhaimin, minimal bertemu seperti Surya Paloh, jaminkan sprindik kasus. Tapi, Muhaimin tak peduli karena ada back up Anies yang sudah lewat penyelidikan kasusnya,” ujarnya.

Bagi Megawati, lanjutnya. Merasa momentum tepat bila ia menarik kadernya di menteri, tapi tidak dilakukan karena PDIP mau mengamankan pemerintah sampai selesai, jangan sampai mengguncang politik dan .ekonomi.

“Tetapi, momentum Megawati kedua ialah ingin melihat kebijakan Jokowi yang menghancurkan PDIP,” tutup Rocky Gerung. (Report : Faisol Fanani).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *